Kamis, 18 Maret 2010

shalat tahajud

Ais El FikriAis El Fikri
0
[View Profile]
Ais El Fikri

Hapus Riwayat Obrolan
Tidak dapat membuka riwayat obrolan
12:49Ais

aszzz.....bas.....
12:50Abas

wa alaikum salam

pie kabare eis?
12:50Ais

gmn kbr un anay
12:51Abas

apik apik wae.heheh
12:51Ais

bguslah......tw g yudisium kpn
12:52Abas

kagak tw emang kapan neng
12:52Ais

iy makanya tny smnjak lulus lund pernah k datta lg
12:53Abas

hahaha kn bisa ol

kenapa repot neng
Muhammad Suben...Muhammad Suben...
0
[View Profile]
Muhammad Subentra

Tidak dapat membuka riwayat obrolan
12:53Muhammad sedang offline.
Denny AzzaDenny Azza
0
[View Profile]
Denny Azza

Tidak dapat membuka riwayat obrolan
12:53Denny sedang offline.

0
0
0
Permintaan Pertemanan · Temukan Teman Anda

* Tidak ada permintaan baru.

Lihat Semua Permintaan Berteman 0 permintaan
0
Pesan · Kirim Pesan Baru

*
Gerakan Menutup Aurat
Suami Wajib mendidik keluarga agar taat kepada Allah Suami Wajib mendidik istri dan anak untuk melaksanakan perintah Allah dan per...
pada hari Selasa
*
Gerakan Menutup Aurat
“ KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD ” Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan shala...
pada hari Selasa
*
Alumni Pondok Pesantren Daaruttaqwa
SILATURAHIM YUUUU.... Assalamu'alaikum.. Bunda, Yanda, Kakanda, Adinda Yang Alloh Rahmati. Silatur...
pada hari Senin
*
Gerakan Menutup Aurat
Kisah Nyata Yang Mengharukan (Halawatul Iman/Manisnya Iman) "Kisah Seorang Kakak dan Adik" Sebuah Kisah untuk kita renungkan dan jadikan motivasi. Aku dilahirkan di se...
sekitar seminggu yang lalu
*
Gerakan Menutup Aurat
AURAT WANITA DAN HUKUM MENUTUPNYA Aurat wanita yang tak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami...
sekitar seminggu yang lalu

Lihat Semua Pesan 29 belum dibaca
0
Pemberitahuan

*

Lihat Semua Pemberitahuan
Pencarian

* Beranda
* Profil
*
* Akun
o Abas Nur RahmanAbas Nur Rahman
o Sunting Teman
o Pengaturan Akun
o Pengaturan Privasi
o Pengaturan Aplikasi
o Pusat Bantuan
o Keluar

Abas Nur RahmanLihat Profil Saya

* Kabar Berita(0)
* Pesan(29)
o Pembaruan(2)
o Terkirim(0)
* Acara(0)
o Acara Teman(0)
o Ulang Tahun(0)
o Acara Lampau(0)
* Foto(0)
o Video(0)
o Album Terbaru(0)
o Upload dari Ponsel.(0)
o Unggahan Saya(0)
* Teman(0)
o Cari Teman(0)
o Status Terbaru(0)
o anak kamp(0)
o anak kam(0)
o orang pondok(0)

* Aplikasi(0)
* Permainan(0)
* Grup(7)
o Grup Teman(0)
* Happy Island(0)
*
* Catatan(0)
o Catatan Saya(0)
o Draf Saya(0)
o Catatan tentang Saya(0)
* Tautan(0)

LainnyaLebih sedikit
Teman yang Online
Mengobrol dengan Teman

*
*
Nha Poenya

Tidak ada yang online.
Lihat SemuaOnline


Pesan Baru
“ KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD ”
Kembali ke Pesan Pilih Semua Select None Mark as Read Tandai Belum Dibaca Laporkan Spam Hapus Berhenti Langganan
Select: Semua, Telah Dibaca, Tak Satu Pun
Tampilkan:SemuaUnread
“ KEUTAMAAN SHALAT TAHAJUD ”
Untuk anggota Gerakan Menutup Aurat
Mujadid Al Kautsar 16 Maret jam 19:03 Balas


Shalat malam, bila shalat tersebut dikerjakan sesudah tidur, dinamakan

shalat Tahajud, artinya terbangun malam. Jadi, kalau mau mengerjakan

sholat Tahajud, harus tidur dulu. Shalat malam ( Tahajud ) adalah

kebiasaan orang-orang shaleh yang hatinya selalu berdampingan dengan

Allah SWT.
Berfirman Allah SWT di dalam Al-Qur’an :
“ Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud sebagai tambahan bagi

engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat yang terpuji.”

(QS : Al-Isro’ : 79)
Shalat Tahajud adalah shalat yang diwajibkan kepada Nabi SAW sebelum

turun perintah shalat wajib lima waktu. Sekarang shalat Tahajud merupakan

shalat yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan . Sahabat Abdullah bin

Salam mengatakan, bahwa Nabi SAW telah bersabda :
“ Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan berikanlah makanan

serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya kamu masuk

Sorga dengan selamat.”(HR Tirmidzi)
Bersabda Nabi Muhammad SAW :
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah shalat sunnat di waktu

malam”
( HR. Muslim )
Waktu Untuk Melaksanakan Sholat Tahajud :
Kapan afdhalnya shalat Tahajud dilaksanakan ? Sebetulnya waktu untuk

melaksanakan shalat Tahajud ( Shalatul Lail ) ditetapkan sejak waktu

Isya’ hingga waktu subuh ( sepanjang malam ). Meskipun

demikian, ada waktu-waktu yang utama, yaitu :
1. Sangat utama : 1/3 malam pertama ( Ba’da Isya – 22.00 )
2. Lebih utama : 1/3 malam kedua ( pukul 22.00 – 01.00 )
3. Paling utama : 1/3 malam terakhir ( pukul 01.00 - Subuh )
Menurut keterangan yang sahih, saat ijabah (dikabulkannya do’a) itu

adalah 1/3 malam yang terakhir. Abu Muslim bertanya kepada sahabat Abu

Dzar : “ Diwaktu manakah yang lebih utama kita mengerjakan sholat malam?”

Sahabat Abu Dzar menjawab : “Aku telah bertanya kepada Rosulullah SAW

sebagaimana engkau tanyakan kepadaku ini.” Rosulullah SAW bersabda :
“Perut malam yang masih tinggal adalah 1/3 yang akhir. Sayangnya sedikit

sekali orang yang melaksanakannya.” (HR Ahmad)
Bersabda Rosulullah SAW :


“ Sesungguhnya pada waktu malam ada satu saat ( waktu. ). Seandainya

seorang Muslim meminta suatu kebaikan didunia maupun diakhirat kepada

Allah SWT, niscaya Allah SWT akan memberinya. Dan itu berlaku setiap

malam.” ( HR Muslim )
Nabi SAW bersabda lagi :
“Pada tiap malam Tuhan kami Tabaraka wa Ta’ala turun ( ke langit dunia )

ketika tinggal sepertiga malam yang akhir. Ia berfirman : “ Barang siapa

yang menyeru-Ku, akan Aku perkenankan seruannya. Barang siapa yang

meminta kepada-Ku, Aku perkenankan permintaanya. Dan barang siapa meminta

ampunan kepada-Ku, Aku ampuni dia.” ( HR Bukhari dan Muslim )
Jumlah Raka’at Shalat Tahajud :
Shalat malam (Tahajud) tidak dibatasi jumlahnya, tetapi paling sedikit 2

( dua ) raka’at. Yang paling utama kita kekalkan adalah 11 ( sebelas )

raka’at atau 13 ( tiga belas ) raka’at, dengan 2 ( dua ) raka’at shalat

Iftitah. Cara (Kaifiat) mengerjakannya yang baik adalah setiap 2 ( dua )

rakaat diakhiri satu salam. Sebagaimana diterangkan oleh Rosulullah SAW :
“ Shalat malam itu, dua-dua.” ( HR Ahmad, Bukhari dan Muslim )
Adapun Kaifiat yang diterangkan oleh Sahabat Said Ibnu Yazid, bahwasannya

Nabi Muhammad SAW shalat malam 13 raka’at, sebagai berikut :
1) 2 raka’at shalat Iftitah.
2) 8 raka’at shalat Tahajud.
3) 3 raka’at shalat witir.

Adapun surat yang dibaca dalam shalat Tahajud pada raka’at pertama

setelah surat Al-Fatihah ialah Surat Al-Baqarah ayat 284-286. Sedangkan

pada raka’at kedua setelah membaca surat Al-Fatihah ialah surat Ali Imron

18-19 dan 26-27. Kalau surat-surat tersebut belum hafal, maka boleh

membaca surat yang lain yang sudah dihafal.
Rasulullah SAW bersabda :
“Allah menyayangi seorang laki-laki yang bangun untuk shalat malam, lalu

membangunkan istrinya. Jika tidak mau bangun, maka percikkan kepada

wajahnya dengan air. Demikian pula Allah menyayangi perempuan yang bangun

untuk shalat malam, juga membangunkan suaminya. Jika menolak, mukanya
disiram air.” (HR Abu Daud)
Bersabda Nabi SAW :
“Jika suami membangunkan istrinya untuk shalat malam hingga
keduanya shalat dua raka’at, maka tercatat keduanya dalam golongan
(perempuan/laki-laki) yang selalu berdzikir.”(HR Abu Daud)
Keutamaan Shalat Tahajud :
Tentang keutamaan shalat Tahajud tersebut, Rasulullah SAW suatu hari
bersabda : “Barang siapa mengerjakan shalat Tahajud dengan
sebaik-baiknya, dan dengan tata tertib yang rapi, maka Allah SWT akan
memberikan 9 macam kemuliaan : 5 macam di dunia dan 4 macam di akhirat.”
Adapun lima keutamaan didunia itu, ialah :
1. Akan dipelihara oleh Allah SWT dari segala macam bencana.
2. Tanda ketaatannya akan tampak kelihatan dimukanya.
3. Akan dicintai para hamba Allah yang shaleh dan dicintai oleh
semua manusia.
4. Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah.
5. Akan dijadikan orang bijaksana, yakni diberi pemahaman dalam
agama.
Sedangkan yang empat keutamaan diakhirat, yaitu :
1. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di Hari Pembalasan
nanti.
2. Akan mendapat keringanan ketika di hisab.
3. Ketika menyebrangi jembatan Shirotol Mustaqim, bisa melakukannya
dengan sangat cepat, seperti halilintar yang menyambar

Sebuah Kisah untuk kita renungkan dan jadikan motivasi

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.

Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya. “Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya!”

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, “Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal
memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!” Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi.”

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus.

Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik… hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?” Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, “Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku. ” Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini.”

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimimu uang.” Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20. Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas) .

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana! “Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?” Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga
Dicatat oleh DRS. KHALIL IDHAM LIM