Kamis, 24 Februari 2011

Mesir menjadi sebuah teguran untuk semua pemimpin diseluruh negeri


Tugas mata kuliah:bahasa Indonesia 2
Komentar gejolak mesir

Dinegeri ini pernah menjadi demonstrasi besar besaran pada tahun 1998 pada kepemimpina n presiden soeharto.pada pemimimpina ini tidak jauh sekali apa yang dialami masyarakat indonesia maupun mesir
Kalau melihat dari tuntutan rakyat, ada demonstrasi besar-besaran yang kemudian
disusul dengan Soeharto turun, itu pengalaman yang sama. Rakyat tidak menginginkan
pemimpin yang otoriter. Hal yang sama juga diinginkan rakyat Tunisia.
Persamaan Indonesia dengan Mesir adalah rakyat sama-sama meminta presidennya yang
otoriter turun. Mereka menginginkan rezim yang penuh korupsi di mana angka
pengangguran tinggi segera diganti. Ini sama.
Dua negara ini dulunya sama-sama dipimpin oleh sosok yang ‘tangan besi’, ekonomi
bermasalah karena kekayaan hanya dinikmati segelintir orang, angka pengangguran
yang besar dan ada pemberangusan pers. Mubarak dan Soeharto juga mirip. Mereka
sama-sama memiliki karir di militer yang cemerlang. Bedanya Soeharto dari Angkatan
Darat sedangkan Mubarak dari Angkatan Udara.
Saat Soeharto ada peristiwa terkait PKI. Sedangkan Mubarak ada peristiwa
pemberontakan Presiden Mesi kala itu, Anwar Sadat. Nah hal-hal ini mungkin yang
kemudian menyebabkan pejabat AS menganalogikan dengan mengambil contoh Indonesia.
Bahwa saat didemo, digempur karena sudah tidak lagi mendapat legitimasi rakyat lalu
turun dengan legowo, ini yang mungkin ingin ditekankan dengan mengambil contoh
Indonesia. Ini suatu proses yang masih panjang bagi Mesir.
Seharusnya semua pemimpin menyadari semua tugas dan kewajiban mereka untuk menjadi orang yang pertama yang menolong rakyatnya dalam menghadapi penderitaan bukan menjadi orang pertama yang membuat rakyat menderita.memang benar tidak ada satupun mahluk didunia bumi ini yang tak lupurt dari kesalahan tapi setidaknya kita mampu menyadari pelajaran dari Negara mesir ini menjadi sebuah teguran untuk semua pemimpin
Malukah kita jika kiita memakai pakaian mewah mobil bagus sedangkan semua itu dari uang rakyat tetpi kemiskinan masih terjadi dimana?
Sesungguhnya pengakaman menjadiu guru yang berharga semoga semua pemimpin dinegara ini dapat mengambil hikmah bukan mengulangi kesalahan yang terjadi dinegara mesir yang dlupakan oleh kekayaan
Sekilah tentang biodata hoesni Mubarak
Hosni kecil dibesarkan di keluarga kecukupan. Rumahnya berlantai tiga dengan halaman 1 yard. Ukuran yard internasional yang disetujui oleh Amerika Serikat dan Negara-Negara Persemakmuran menetapkan 1 yard setara dengan 0,9144 meter.


Ayahnya seorang pegawai pemerintahan Departemen Pertahanan Mesir. Untuk ukuran penghasilan, ayahnya merupakan ayah idaman anak-anak jaman dahulu. Paling tidak bisa memberikan tempat teduh yang nyaman dan mencukupi beberapa kebutuhan hiburan.

Saat masih kanak-kanak, sang ayah pernah menghadiahkan sebuah stik golf pada Hosni. Kelak, teman-teman Hosni mengenalnya sebagai pemain golf yang handal. Pukulannya sedikit yang meleset.


Lalu, Hosni beranjak dewasa. Ayahnya merupakan orang tua yang peduli pendidikan. Meski keluarga mereka kelas menengah biasa, tapi Hosni dan saudara-saudaranya bisa kuliah di universitas. Suatu pengorbanan yang cukup besar bagi seorang keluarga menengah. (Mirip keluarga saya sedikit).

Lalu, lepas dari universitas, Hosni bertekad untuk meneruskan hidupnya untuk menjadi seorang tentara. Jaman dahulu, tentara adalah karir yang cukup bergengsi di kalangan masyarakat Mesir.

Bergabung dengan Angkatan Udara, Mubarak mulai melakukan pekerjaan yang kadang masih dianggap mustahil oleh masyarakat awam pada saat itu. Yakni menerbangkan pesawat. Karir sebagai pilot ini adalah pijakan pertama Mubarak di dunia militer.

Dalam perjalanan karir militernya, Mubarak hampir tak menemui aral melintang. Ia bahkan akhirnya didaulat menjadi ketua skuadron angkatan udara. Posisi yang cukup mentereng.

Lalu, pada 1968, terjadilah suatu peristiwa heroik. Yakni perang Oktober. Di beberapa sumber, saya menemukan tahun yang berbeda-beda. Tapi saya memilih tahun 1968, seperti yang dituturkan Mubarak sendiri dalam sinebiografinya.

Dalam perang ini, pasukan Isral melakukan gempuran mendadak. Gempuran ini membuat barisan pasukan Mesir di pangkalan kocar-kacir. Mesir kalah telak dari Israel. Gurun Sinai terenggut dengan mudah.

Kekalahan pasukan Mesir atas Israel ini membuat Mubarak terpukul. Ia bahkan menyebut, peristiwa kekalahan ini sebagai ujian terberat sejarah kemiliteran Mesir kala itu.

Mubarak sendiri merasa perlu ada upaya 'membayar utang' kekalahan ini. Ia dan para pemimpin skuadron lainnya memutuskan untuk mengungkapkan kegelisahan mereka pada sang pemimpin negara saat itu, Anwar Sadat.

Sadat mengamini keinginan para pemimpin skuadron ini. Maka mulailah mereka mempersiapkan pasukan masing-masing untuk 'balas dendam' pada Israel.

Perlu beberapa waktu bagi Mubarak untuk membangkitkan semangat pasukannya. Ia bahkan turun langsung dan berbicara dengan para pilot secara pribadi. Bertanya tentang apa saja permasalahan yang mereka hadapi. Dan ujungnya menanyakan, apakah mereka siap menerbangkan pesawat mereka lebih cepat. Dari lima menit menjadi tiga menit.

Lalu, tibalah waktunya mereka memulai aksi yang sudah dipersiapkan dengan matang ini. Mubarak sendiri terlihat tidak sabar dengan serangan balik ini. Ia, menurut kesaksian pemimpin skuadron lainnya, terlihat sangat geram. Bahkan seperti orang yang hendak berteriak.

Detik-detik menjelang serangan, Mubarak memerintahkan untuk mematikan semua komunikasi antar pangkalan. Ini dimaksudkan supaya musuh tak bisa membaca pesan-pesan telegram atau sejenisnya. Komunikasi dilumpuhkan kurang lebih dua hari.

Hingga kemudian, hari pembalasan dendam itu tiba...

Hasilnya bisa ditebak, pasukan Mesir berhasil menggagahi pasukan Israel..

Setelah perang mulai reda. Kehidupan Mubarak kembali seperti semula. Ia dan rekan seperjuangannya kembali berkumpul untuk sekedar berbagi kisah heroik mereka.

Lalu, pada suatu malam, ia diajak makan malam oleh Presiden Anwar Sadat. Dalam jamuan makan malam itu, Sadat mengungkapkan ketidakpuasannya pada semua kandidat wakil presidennya. Tapi Sadat tak mengarahkan pembicaraan akan memilih Husni Mubarak. Begitu juga dengan Mubarak yang tidak sedikit pun terlintas di benaknya akan dipilih menjadi kandidat wakil presiden.

Lalu, akhirnya Sadat mengungkapkan niatnya pada Mubarak. Sadat ingin Mubarak menjadi wakil presidennya.

Mubarak masih kagok. Ia mencoba memahami sebait kata yang baru saja keluar dari mulut Sadat. Sayangnya Sadat tak memberi banyak waktu bagi Mubarak untuk berpikir. Sadat hanya ingin Mubarak.

Mulailah Mubarak masuk dunia perpolitikan kelas satu. Sebagai seorang wakil presiden, ia banyak belajar dari Sadat. Mubarak mengaku menyelidiki Sadat. Pemikiran Sadat dan goalnya.

Sementara itu, Sadat sendiri menugaskan Mubarak untuk berhubungan kepala negara di berbagai belahan dunia. Mubarak bertukar pikiran dengan hampir semua kepala negara di seluruh belahan dunia. Baik itu Eropa maupun Amerika.

Hingga pada satu momen, Presiden Sadat tewas tertembak. Tragedi tertembaknya Sadat ini hampir mirip kematian Kennedy di Amerika Serikat.

Dengan kematian Sadat ini, Mubarak pun didaulat menjadi wakil presiden.

Itu mungkin sekelumit perjalanan dan biografi Mubarak yang saya ketahui

2 komentar: